7 Cara Menghilangkan Hiperpigmentasi pada Kulit
Hiperpigmentasi pada wajah memang tidak berbahaya, tapi bisa membuat seorang wanita tidak percaya diri, terutama saat tidak ingin mengenakan make-up. Cara menghilangkan hiperpigmentasi juga tidak terlalu sulit, malahan bisa dilakukan setiap hari saat melakukan skincare routine.
Sebenarnya, apa yang menyebabkan wajah bisa mengalami hiperpigmentasi, sehingga muncul bercak yang lebih gelap? Bagaimana cara menghilangkannya? Untuk lebih jelasnya, baca artikel ini hingga selesai.
Mengenal Hiperpigmentasi Kulit

Hiperpigmentasi adalah suatu keadaan bertambahnya jumlah melanin pada lapisan kulit, yang mengakibatkan perubahan warna kulit menjadi lebih gelap. Jangan salah, hiperpigmentasi ini bisa terjadi pada setiap orang, terlepas dari ras dan warna kulit yang mereka miliki.
Jenis hiperpigmentasi kulit yang paling sering ditemukan adalah malesma, lentigo, dan hiperpigmentasi pasca inflamasi. Dampak negatif yang timbul karena hiperpigmentasi selain berkaitan dengan kondisi munculnya bercak gelap pada kulit, hiperpigmntasi juga berdampak pada psikologis penderitanya, terutama jika hiperpigmentasi terjadi pada daerah wajah.
Hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan emosional seseorang, serta menurunkan produktivitas dalam bekerja atau bersekolah, dan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Penelitian dengan jumlah sample 300 pasien dengan kasus hiperpigmentasi membuktikan hiperpigmentasi dapat menimbulkan rasa malu atau stress emosional pada si penderita.
Apa Penyebab Hiperpigmentasi?
Penyebab hiperpigmentasi juga bermacam-macam, dan tergantung dari gaya hidup yang kita jalani. Biasanya, hiperpigmentasi lebih umum terjadi karena paparan sinar UV dari matahari yang berlebih. Namun, penyebabnya lebih dari itu, apalagi hiperpigmentasi bisa juga ditandai dengan bekas jerawat yang warnanya tidak merata dengan warna asli kulit kita.
Berikut ini adalah penyebab umum hiperpigmentasi yang dialami oleh semua orang:
1. Inflamasi
Masalah peradangan atau inflamasi pada kulit memang tidak boleh disepelekan, karena bisa menimbulkan masalah baru, seperti infeksi bahkan hiperpigmentasi. Jerawat, eczema, gigitan serangga, kulit yang teriris, bahkan gesekan pada kulit yang berbahaya bisa mengakibatkan luka yang membuat kulit meradang.
Inflamasi ini bisa menghasilkan sel pigmen yang besar dan meninggalkan dark spots atau titik gelap pada kulit, yang sering dikenal sebagai hiperpigmentasi. Karena itu, saat kulit sedang bermasalah, lakukan perawatan yang benar sehingga tidak ada dark spots yang muncul setelah sembuh.
2. Paparan Sinar Matahari
Sinar UV matahari yang menyentuh kulit bisa memicu produksi melanin dalam jumlah yang besar. Melanin ini sebenarnya sangat berguna untuk melindungi kulit dari radiasi sinar UV yang berbahaya saat berjemur. Produksi melanin yang berlebih ini bisa membuat kulit terlihat lebih gelap.
Paparan sinar matahari yang berlebihan tentu tidak baik, karena bisa memunculkan dark spots pada kulit. Dark spots ini bukanlah tanda utama munculnya kanker kulit, tapi jangan disepelekan. Bisa saja ada titik atau bercak lain yang menjadi tanda awal kanker kulit, dan Anda harus segera memeriksakannya ke dokter kulit.
Baca juga: 5 Cara Mudah Menghilangkan Bekas Kulit Terbakar Matahari
3. Melasma
Melasma ini lebih sering muncul saat kehamilan dan bentuknya berupa bercak cokelat pada kulit. Jenis hiperpigmentasi ini memang lebih sering ditemukan pada wanita, namun pria juga bisa juga mengalami melasma.
Melasma ini muncul karena kombinasi dari beberapa penyebab, seperti paparan sinar matahari, genetik, dan perubahan hormon. Polusi udara yang terjadi juga bisa mengakibatkan melasma, karena zat polutan ini sangat terikat dengan kulit. Akibatnya, lapisan kulit menjadi lemah dan mudah terkena masalah hiperpigmentasi ini.
Selain ketiga penyebab di atas, hiperpigmentasi juga terjadi karena penyakit dan harus mengonsumsi obat tertentu. Bisa saja, obat yang kita konsumsi, termasuk antibiotik dan kemoterapi memiliki efek samping berupa hiperpigmentasi pada kulit.
4. Penggunaan Obat-Obatan
Studi pada tahun 2009 menjelaskan beberapa pengunaan obat-obatan seperti antibiotik, antihipertensi, obat-obatan psikoaktif, dan obat anti-inflamasi non-steroid dapat menyebabkan hiperpigmentasi pada kulit. Lebih lanjut, kontrasepsi oral juga dapat menyebabkan munculnya bercak gelap pada area pipi, dahi, dan hidung.
Cara Menghilangkan Hiperpigmentasi dengan Mudah
Secara garis besar, gaya dan fase kehidupan kita bisa mempengaruhi munculnya hiperpigmentasi kulit. Karena itu, cara menghilangkan hiperpigmentasi bisa dilakukan pula dengan memperhatikan pola hidup kita.
Selain menghilangkan hiperpigmentasi, keempat cara di bawah ini berguna juga untuk menghindari munculnya masalah kulit yang satu ini di kemudian hari. Apa saja caranya?
1. Menggunakan Pelembap
Pelembap atau produk skincare lainnya yang mengandung glycerin acid, hyaluronic acid, dan retinol ini sangat berguna untuk meningkatkan pergantian sel. Tidak hanya itu, kandungan tersebut juga bisa membuat krim pencerah bekerja secara efektif.
Pelembap yang baik juga bisa memulihkan lapisan lipid (lemak) pada kulit, sehingga mampu melindungi dari paparan sinar UV yang berlebihan. Di kemudian hari, masalah hiperpigmentasi kulit pun tidak akan muncul karena penggunaan produk ini secara rutin.
2. Gunakan Sunblock
Penting sekali untuk menggunakan sunblock sebelum ke luar ruangan demi menghindari hiperpigmentasi akibat paparan sinar matahari. Apabila Anda berencana berada di luar ruangan dalam waktu yang lama, gunakan produk yang mengandung mexoryl, titanium dioxide, zinc oxide atau avobenzone.
Pastikan juga produk sunblock yang digunakan tidak menimbulkan iritasi pada kulit, karena itu justru menimbulkan hiperpigmentasi yang lebih parah.
Baca juga: Cara Menghilangkan Flek Hitam dalam 1 Jam yang Bisa Diterapkan di Rumah
3. Pengaplikasian Lidah buaya
Lidah buaya merupakan salah satu pengobatan alami hiperpigmentasi kulit yang mengandung Aloesin, yaitu senyawa yang bersifat anti-inflamasi sehingga dapat meringankan bercak gelap pada kulit Anda. Senyawa ini bekerja dengan cara menghambat produksi melanin di kulit Anda.
Sebuah studi pada tahun 2017 menunjukkan bahwa mengonsumsi kapsul lidah buaya dapat meredakan melasma pada wanita hamil, salah satu penyebab hiperpigmentasi kulit.
Untuk hasil terbaik, gunakan gel segar dari tanaman lidah buaya, cuci bersih dan oleskan ke daerah kulit yang mengalami hiperpigmentasi. Ulangi proses ini sampai kondisi munculnya bercak gelap tidak lagi terlihat atau ukurannya mengecil.
4. Menggunakan Masker Kunyit
Salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk mengatasi hiperpigmentasi kulit karena paparan sinar matahari adalah penggunaan kunyit. Kunyit mengandung bahan aktif yang disebut kurkumin. Bahan aktif ini dapat menghambat produksi melanin dalam sel-sel kulit. Selain itu, kurkumin juga memiliki sifat anti-inflamasi yang dapat membantu menenangkan area kulit, terutama jika telah terbakar sinar matahari.
Chickpeas, bubuk kunyit, dan air mawar merupakan masker wajah yang efektif untuk menenangkan kulit Anda dan membantu mengurangi bercak gelap pada kulit. Untuk mempercepat proses untuk mengatasi hiperpigmentasi kulit ini, Anda dapat menambahkan beberapa tetes jus lemon dan Anda dapat melihat hasilnya dalam mengurangi bercak hitam pada kulit Anda.
Baca juga: 5 Masker dari Bahan Alami untuk Menghilangkan Flek Hitam
5. Ekstrak Anggrek
Tahukah Anda ekstrak anggrek dapat mengatasi hiperpigmentasi kulit?
Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian pada tahun 2010 yang menunjukkan ekstrak anggrek sama efektifnya dengan obat hiperpigmentasi yang mengandung vitamin C.
Menggunakan ekstrak anggrek ke kulit Anda selama delapan minggu dapat mengurangi ukuran, tampilan, dan kondisi area kulit yang mengalami hiperpigmentasi.
Oleh karena itu, Anda bisa menggunakan produk kulit seperti masker, cream muka, atau lulur yang mengandung ekstrak anggrek. Gunakan sesuai petunjuk untuk hasil terbaik.
6. Hindari Menyentuh Wajah saat Gatal
Memencet jerawat, komedo, atau menggaruk wajah saat terkena gigitan serangga dapat menimbulkan hiperpigmentasi. Selain itu, inflamasi pada kulit juga mengakibatkan warna kulit jadi tidak merata.
Daripada menyentuhnya, lebih baik gunakan produk skincare yang mengandung vitamin C, akar manis dan kojic acid untuk mengatasi masalah ini. Kombinasi kandungan tersebut bisa menghalangi pertumbuhan enzim tyrosinase yang mengakibatkan munculnya melanin.
7. Konsultasi ke Dokter Kulit
Langkah terakhir yang bisa dilakukan adalah berkonsultasi ke dokter kulit seperti Jakarta Aesthetic Clinic (JAC) untuk mendapatkan resep produk skincare yang sesuai. Selain itu, cara menghilangkan hiperpigmentasi bisa menggunakan prosedur Peeling and Skincare dari JAC yang berguna untuk menghilangkan melasma, masalah hiperpigmentasi pada ibu hamil. Prosedur tersebut sudah terbukti aman, bahkan bisa digunakan oleh remaja, pria, serta ibu menyusui
Lakukan ketujuh cara menghilangkan hiperpigmentasi kulit di atas dan warna kulit akan merata dan tidak lagi muncul masalah yang serupa di kemudian hari. Tertarik untuk mencobanya?
Sumber:
- https://www.everydayhealth.com/beauty-pictures/tricks-to-treat-hyperpigmentation.aspx
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/323808#fa-qs
- Ghafarzadeh, M., & Eatemadi, A. (2017). Clinical efficacy of liposome-encapsulated Aloe vera on melasma treatment during pregnancy. Journal of cosmetic and laser therapy, 19(3), 181-187.
- Tadokoro, T., Bonte, F., Archambault, J. C., Cauchard, J. H., Neveu, M., Ozawa, K., … & Shinn, S. (2010). Whitening efficacy of plant extracts including orchid extracts on Japanese female skin with melasma and lentigo senilis. The Journal of Dermatology, 37(6), 522-530.
- Ravnbak, M. H., Philipsen, P. A., Wiegell, S. R., & Wulf, H. C. (2009). Skin Pigmentation Kinetics after Exposure to Ultraviolet A. Acta dermato-venereologica, 89(4).
- Cestari, T. F., Hexsel, D., Viegas, M. L., Azulay, L., Hassun, K., Almeida, A. R. T., … & Junqueira, H. (2006). Validation of a melasma quality of life questionnaire for Brazilian Portuguese language: the MelasQoL‐BP study and improvement of QoL of melasma patients after triple combination therapy. British Journal of Dermatology, 156, 13-20.
Comments are closed.